Alhamdulillah…
Ramadhan kali ini terasa sangat berbeda. Ia
hadir memenuhi urutan bulan yang digariskanNya. Untuk menyapa para hamba sahaya.
Yang kali ini dirundung kemalangan dan kegundahan. Beriringan dengan makhluk
tak kasat mata tapi sangat dirasa kehadirannya, Ramadhan hadir bak oase
penyegar dahaga yang nyata haus akan aliran ketenangan dan kesyahduan.
Ramadhan bak segelas es teh segar, yang
menari hingar-bingar. Ia laksana es campur dan es teler yang memanggil secara
spektakuler. Untuk kita meneguknya, tiap teguk secara perlahan diiringi rasa
syukur yang tak terukur. Dengan rasa suka tak ternilai raga. Semua terasa
indah, karena takdir Allah yang begitu sayang pada kita HambaNya.
Dulu oase itu bernama Ramadhan, ia menjadi
penyegar dahaga bagi sebelas bulan yang penuh derita. Penuh sayatan luka pedang
terhunus bernama dosa. Babak belur dengan hantaman hasad pada saudara. Luka
menganga tercabik iri dan dengki. Ditambah remuk redamnya raga karena fitnah
tak berkesudahan.
Surabaya…
Sebagai kota kedua, terbesar dan metropolitan
nan megah di Indonesia. Sekarang, ia pun turut ikut serta, merasakan nikmatnya
Ramadhan dengan pelukan sebuah virus yang mendunia. Yang mampu meluluhlantakkan
keangkuhan dan hedonisme dunia. Ia hadir seolah menjawab, tak ada kekuatan
apapun yang mampu menyaingi Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla.
Riuh dan semarak kota, yang terbiasa gegap
gempita. Kali ini tak ada, ia sirna berganti makhluk kecil perusak suasana,
yang mampu hentikan nyawa, tentu dengan kuasa dan takdirNya. Tulisan dan ucapan
menyambut bulan suci nan berkah, berganti menjadi tulisan himbauan dan sedikit
ancaman untuk tetap di rumah saja dan jaga jarak aman antar sesama.
Genderang tetabuhan dan pukulan bedug yang
biasa menggelegar, lantunan adzan dan puji-pujian yang biasa membahana. Kini
tak lagi terdengar di surau-surau, musholla-musholla, langar-langgar, maupun
masjid jami’ atau masjid besar. Kini ia berganti menjadi pekikan dan seruan
yang memekakkan gendang telinga, Baik di perempatan jalan besar sana, maupun di
sudut-sudut keramaian kota.
Arak-arakan massa yang terdiri dari para
santriwan dan santriwati. Bergerak rapi diiringi syahdu nasyid maupun sholawat
nabi tiada henti. Kini berangsur berganti, menjadi arak-arakan mobil pemadam
kebakaran dan sekompi polisi. Yang hilir-mudik tiada sepi, mencoba menyisir dan
membuat suasana selayak kota mati.
Benar-benar semua berubah, suasana itu hilang
seketika. Menjadi lebih hening, lebih syahdu dan khusyuk. Itu bagi mereka yang
memang menyadari perubahan mendasar di beberapa waktu jelang datangnya bulan
Ramadhan ini. Sementara bagi mereka yang no reken you, tak peduli atau bahkan
tak menghiraukan perubahan ini dan datangnya bulan penuh ampunan ini, mereka
tetap dengan hingar bingar versi mereka.
Pantaslah memang…
Ini bulan penuh perjuangan, dimana para ksatria
rela begadang. Demi seberkas cahaya ampunan dari Sang Tuhan. Demi sebuah titah
cinta dan semesta anugerah yang dikejar para hamba. Kelak nanti sebelum
pergantian purnama, ia menjadi saksi akan ketaatan dan ketaqwaan makhluk pada
sang segala maha.
Allah Ta’ala berfirman dalam suatu Hadits Qudsi :
“Kecuali, amalam puasa. Amalan puasa
tersebut adalah UntukKu. Dan Aku sendiri yang akan mengganjar pahalanya..”
Ini menjadi semakin nyata, bahwa puasa
adalah amalan rahasia. Yang tidak bisa seorang manusia, menilai ibadah
sesamanya begitu saja. Manakala santap sahur dan buka terkesan biasa saja.
Ibadah sholat tarawih diharuskan di rumah juga, pun dengan nantinya sholat hari
raya atau sholat ied tak lagi dilakukan secara berjama’ah dan gegap gempita.
Ada hikmah untuk kita semua, bahwa Ramadhan
mengajarkan pada diri untuk tetap sabar ditengah keterbatasan dan wabah yang
menimpa. Untuk selalu yakin ada kemudahan setelah kesulitan, ada saatnya
berbuka setelah sekian jam kita berpuasa.
Cukuplah Yaa Rahman Yaa Rahim Allah saja,
yang menjadi penilai dan juri maha sempurna. Atas penguatan tarbiyah dan
ruhiyah kita. Selama bulan penuh ampunan dan maghfirah, berlanjut di
bulan-bulan berikutnya. Dengan perubahan dari buruk menjadi tidak buruk lagi,
tidak ujug-ujug menjadi pemuda-pemudi yang baik, tapi tetap dengan tatapan
cinta, senyum mengembang nan mulia dan perubahan akhlaq, manfaat dan persaudaraan yang terasa.
Salam penuh cinta, di bulan penuh cita
rasa..
Achmad Danang Ramdani
#BERSEMADI_HARIKE1
#InspirasiRamadhan
#DiRumahSaja
#FLPSurabaya
#DanangRamdani
#RamdaniWANI
Comments
Post a Comment